A. HAKIKAT
BAHASA DAN FUNGSI BAHASA
1. Hakikat
Bahasa
Berbicara
mengenai hakikat bahasa, prof. Anderson mengemukakan adanya delapan prinsip
dasar, yaitu :
a. Bahasa
adalah suatu sistem
b. Bahasa
adalah vokal (bunyi tuturan)
c. Bahasa
tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbitary symbols)
d. Setiap
bahasa bersifat unik, bersifat khas
e. Bahasa
dibangun dari kebiasaan-kebiasaan
f. Bahasa
adalah alat komunikasi
g. Bahasa
berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada
h. Bahasa
itu berubah-ubah (dinamis). (Henry Guntur Tarigan, 2015 ; 2-3).
Bahasa
adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Bahasa selain bersifat sistematis
juga bersifat sistemis. Dengan sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun
menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan.
Sedangkan sistemis, artinya sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem
tunggal melainkan terdiri dari sejumlah subsistem. Sistem bahasa yang
dibicarakan di atas adalah berupa lambang-lambang dalam bentuk bunyi.
(Abdul Chaer, Ed. Rev, 2010 ; 14-17).
2.
Fungsi Bahasa
Halliday
menemukan tujuh fungsi bahasa, yaitu :
a. Fungsi
instrumental melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa
tertentu terjadi.
b. Fungsi
Regulasi bertindak untuk mengatur dan mengendalikan orang lain.
c. Fungsi
Representasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan, dengan
perkataan lain “ menggambarkan” realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat
seseorang.
d. Fungsi
Interaksional bertugas untuk menjamin dan memantapkan ketahanan serta
kelangsungan komunikasi sosial.
e. Fungsi
personal memberi kesempatan kepada seorang pembicara untuk mengekpresikan
perasaan, emosi, pribadi serta reaksi-reaksinya yang mendalam.
f. Fungsi
Heuristik melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
mempelajari seluk-beluk lingkungan
g. Fungsi
imajinatif melayani penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat
imajinatif. (Henry
Guntur Tarigan, 2015 ; 5-7)
Fungsi bahasa menurut Fishman (1972) :
1. Dilihat
dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya,
si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya.
2. Dilihat
dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi direktif,
yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Menggunakan kalimat-kalimat yang
menyatakan perintah.
3. Dilihat
dari segi kontak antara penutur dan pendengar maka bahasa itu berfungsi fatik,
yaitu fungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat
atau solidaritas sosial.
4. Dilihat
dari segi topik ujaran, maka bahasa itu berfungsi referensial. Maksudnya adalah
alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana pendapat si penutur
tentang dunia di sekelilingnya.
5. Dilihat
dari segi kode yang dipergunakan, bahasa berfungsi metalingual atau
metalinguistik. Yakni, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu
sendiri.
6. Dilihat
dari segi amanat, bahasa itu berfungsi imaginatif. Bahasa itu digunakan untuk
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Baik yang sebenarnya maupun yang
Cuma imaginasi (khayalan, rekaan).
(Abdul Chaer, Ed. Rev, 2010 ; 14-17).
B. TATA
BAHASA DAN PRAGMATIK
1. Semantik
dalam arti luas
Sesuai
dengan Morris (1938) terdapat pembedaan sebagai berikut :
Sintaksis
: menelaah “hubungan-hubungan normal antara tanda-tanda satu sama lain.
Semantik
: menelaah “ hubungan tanda-tanda dengan objek-objek yang merupakan
wadah penerapan tanda-tanda tersebut.”
Pragmatik
: menelaah “ hubungan-hubungan tanda-tanda dengan para penafsir atau
interpretator.”
2. Semantik
dalam arti sempit
Bidang semantik dibagi menjadi dua
pokok bahasan, yaitu:
a. Teori
referensi (denotasi, ekstensi)
b. Teori
makna (konotasi, intensi)
3. Makna
Makna menurut KUBI (Kamus Umum
Bahasa Indonesia) ialah arti atau maksud
(sesuatu kata), misalnya mengetahui lafal dan maknanya, bermakna, berarti mengandung arti yang penting (dalam), berbilang, mengandung beberapa arti, memaknakan. Menerangkan arti (maksud) sesuatu kata dan sebagainya.
(sesuatu kata), misalnya mengetahui lafal dan maknanya, bermakna, berarti mengandung arti yang penting (dalam), berbilang, mengandung beberapa arti, memaknakan. Menerangkan arti (maksud) sesuatu kata dan sebagainya.
Tata
Bahasa dan Pragmatik merupakan dua ranah yang komplementer, saling melengkapi
didalam linguistik.
C. PRAGMATIK
DAN TINDAK UJAR
Pragmatik
adalah telaah mengenai makna dalam hubungannya dengan aneka situasi ujaran. Ada
lima aspek situasi ujaran, yaitu :
1. Pembicara-penyimak
2. Konteks
ujaran
3. Tujuan
ujaran
4. Tindak
ilokusi
5. Ucapan.
Ada
tiga jenis tindak ujar, yaitu :
1. Tindak
lokusi
2. Tindak
ilokusi
3. Tindak
perlokusi
Prinsip
konversasi mencakup prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun.
Ada
empat maksim (ungkapan) yang termasuk kedalam prinsip kerja sama, yaitu :
1. Maksim
kualitas
2. Maksim
kuantitas
3. Maksim
relasi
4. Maksim
cara
Ada
enam maksim yang termasuk kedalam prinsip sopan santun, yaitu :
1. Maksim
kebijaksanaan
2. Maksim
kedermawanan
3. Maksim
penghargaan
4. Maksim
kesederhanaan
5. Maksim
permufakatan
6. Maksim
simpati
Presuposisi
adalah pengamanan “dunia nyata” yang digunakan orang dalam percakapan yang
melibatkannya kalau pemahaman penuh terhadap maknanya terlaksana.
D. UNGKAPAN
KEBIJAKSANAAN
a. Klasifikasi
Tindak Ilokusi
Tindak
ilokusi dibagi empat fungsi, yaitu :
1. Kompetitif
2. Konvivial
3. Kolaboratif
4. Konfliktif
b. Kebijaksanaan
dan kesopansantunan
Kebijaksanaan adalah salah satu
jenis atau aspek kesopansantunan. Sedangkan kesopansantunan adalah bersifat
asimetris, apa yang sopan pada penyimak belum tentu sopan pada pembicara dan
sebaliknya.
c. Paradoks
santun pragmatik
Adalah suatu atribusi sikap yang
bertentangan pada para partisipan dalam suatu dialog.
E. RETORIKA
ANTARPRIBADI
·
Dalam retorika antar pribadi terdapat
beberapa prinsip, yaitu :
1. Prinsip
kerja sama
2. Prinsip
sopan santun
3. Prinsip
minat
4. Prinsip
pollyanna
·
Dalam prinsip kerja sama terdapat empat
maksim, yaitu :
1. Maksim
kuantitas
2. Maksim
kualitas
3. Maksim
relasi
4. Maksim
cara
·
Dalam prinsip sopan santun terdapat enam
maksim, yaitu :
1. Maksim
kebijaksanaan
2. Maksim
kedermawanan
3. Maksim
penghargaan
4. Maksim
kesederhanaan
5. Maksim
permufakatan
6. Maksim
simpati
·
Aspek metalinguistik kesopansantunan
Dari pengalaman
sehari-hari bahwa kesopansantunan dimanifestasikan bukan hanya dalam ‘isi’
percakapan, tetapi juga dalam ‘cara’ mengelola percakapn serta menstrukturinya
yang dilakukan oleh para partisipannya.
·
Ironi dan Kelakar
1. Ironi
adalah majas atau gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan
maksud mengejek.
2. Kelakar
adalah senda gurau, percakapan untuk olok-olok (lelucon dan sebagainya).
·
Hiperbola dan Litotes
1. Hiperbola
adalah gaya bahasa atau majas berupa ungkapan melebih-lebihkan apa yang
sebenarnya dimaksudkan : jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya.
2. Litotes
adalah gaya bahasa atau majas yang berupa pernyataan mengenai sesuatu dengan
cara menyangkal atau mengingkari kebalikannya.
F. LOKUSI,
ILOKUSI DAN PERLOKUSI
1. Lokusi,
ilokusi dan perlokusi
Tiga jenis tindak ujar, yaitu :
a. Tindak
lokusi (melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu)
b. Tindak
ilokusi (melakukan suatu tindakan dalam mengatakan sesuatu)
c. Tindak
perlokusi (melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu)
2. Aneka
kelas verba tindak ujar
a. Verba
ilokusi dan verba perlokusi
b. Klasifikasi
ilokusi
3. Analisis
semantik terhadap beberapa verba ilokusi
a. Kolom
(a)
b. Kolom
(b)
c. Kolom
(c)
d. Kolom
(d)
e. Pengelompokan
horisontal
f. Pasangan
terkecil
g. Jurang
pemisah kebetulan
h. Penafsiran
skala
G. ANEKA
TINDAK KOMUNIKATIF
A. Kaidah
konversasi
Konversasi
merupakan wadah yang paling ampuh bagi pengunaan kaidah-kaidah atau
aturan-aturan wacana secara fungsional.
Ada empat maksim
dalam konversasional dalam mempermudakan pembicara menetapkan suatu judul
pembicaraan, yaitu :
1. Kuantitas
2. Kualitas
3. Relevansi
4. Cara
B. Klasifikasi
tindak komunikatif
Komunikasi
adalah serangkaian tindakan komunikatif atau tindak ujar yang dipakai secara
bersistem untuk menyelesaikan tujuan tertentu.
Ada 15 kelompok
dalam tindak komunikatif, yaitu :
1. Menyapa,
mengundang, menerima, menjamu.
2. Memuji,
mengucap selamat, menyanjung/merayu, menggoda, memesonakan, menyombongkan.
3. Menginterupsi,
menyela, memotong pembicaraan.
4. Memohon,
meminta, mengharapkan.
5. Mengelak,
membohongi, mengobati kesalahan, mengganti subjek.
6. Mengkritik,
menegur, mencerca, mengomeli, mengejek, menghina, mengancam, memperingatkan.
7. Mengeluh,
mengadu.
8. Menuduh,
meyangkal/mengingkari.
9. Menyetujui,
menolak, mendebat/membantah.
10. Menyakinkan,
menuntut, mempengaruhi/mensugesti, mengingatkan, menegaskan/menyatakan,
menasihati.
11. Melaporkan,
menilai, mengomentari.
12. Memerintahkan,
memesan, meminta/menuntut.
13. Menanyakan,
memeriksa/meneliti.
14. Menaruh
simpati, menyatakan belasungkawa.
15. Meminta
maaf, memaafkan.
C. Kurikulum
bahasa dan tindak komunikatif
Dua pakar
mengembangkan suatu kurikulum yang bersifat nasional atau gagasan, yang menyarankan
bahwa bagi keempat keterampilan berbahasa (berbicara, menyimak, menulis dan
membaca). Tata bahasa yang menjelaskan suatu gagasan atau fungsi, yang
merupakan kunci palsu bagi (maha) siswa untuk memasuki kategori-kategori
gramatikal yang kemudian menghalangi proses komunikatif.
Ada
beberapa hal yang diberikan oleh kurikulum nasional bagi pengajaran bahasa,
yaitu :
1. Suatu
organisasi bahasa yang berisikan kategori-kategori fungsional
2. Pengadaan
sarana pengembangan kategori-kategori struktural di dalam suatu pertimbangan
umum mengenai aneka fungsi bahasa.
D. Penerapan
tindak komunikatif
Tindak komunikatif itu akan kita terapkan secara
lisan dan tulisan seperti yang terdapat atau dipakai dalam kegiatan
sehari-hari.
1. Menyetujui
Berarti menyatakan setuju (sepakat);
membenarkan (mengiyakan, menerima); memperkenankan.
2. Membantah
Berarti melawan (menentang,
menyerang) perkataan orang; menyangkal (pendapat, kabar dan sebagainya); tidak
membenarkan; tidak menyetujui, dan sebagainya.
3. Menyatakan
simpati
4. Memperdebatkan
5. Mengalikan
pembicaraan
6. Menyangkal/mengingkari
7. Memberi
pujian
8. Mengucapkan
selamat
9. Merayu/meyanjung
10. Membanggakan
11. Mengkritik
12. Memperingatkan
13. Menghina
14. Menuduh/menyalahkan
Berarti mendakwa; menyangka bahwa
(seseorang) melakukan perbuatan yang melanggar hukum.
15. Mengancam
Berarti menyatakan hendak melakukan
sesuatu.
16. Mengingatkan
Berarti memberi ingat; memberi
nasihat.
17. Menyarankan
Berarti memberi pendapat.
18. Menganjurkan
Berarti mengemukakan sesuatu;
memberi nasihat.
19. Meyakinkan
Berarti menyaksikan sendiri supaya yakin;
menentukan; melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.
20. Menegaskan
Berarti menerangkan; menjelaskan.
21. Memaksakan
Berarti mendesakkan suatu kepada;
memaksa orang menerima sesuatu.
22. Mengomentari
Berarti menafsirkan; mengulas;
menambah keterangan.
23. Menanyai
Berarti bertanya kepada; hendak
mengetahui dengan bertanya; memeriksa dengan bertanya.
24. Memperbaiki
Berarti membetulkan (kesalahan,
kerusakan dan sebagainya).
25. Melaporkan
Laporan berarti berita; rencana;
perslah; barang yang dilaporkan.
Melaporkan berarti memberitahukan;
memberikan rencana perslah.
26. Menganalisis
Berarti menyelidiki suatu
peristiwa.
No comments:
Post a Comment