Friday, 2 November 2018


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


  • PERDARAHAN


P3K secara harfiah merupakan tindakan yang dapat diberikan / dilakukan oleh orang yang terlatih atau memahami tentang seluk-beluk anatomi-kesehatan dasar. Kemampuan dasar ini dapat diperoleh melalui pendidikan umum formal, pelatihan ataupun pengalaman.
Pertolongan pertama mempunyai makna tindakan yang pertama sebelum korban dibawa ke fasilitas kesehatan yang lebih baik, sehingga tujuan dari P3K sesungguhnya adalah: mencegah agar cedera yang timbul tidak lebih parah, menghentikan perdarahan, mencegah nyeri dan menjamin fungsi saluran napas, sehingga korban dapat terselamatkan dari bahaya maut semaksimal mungkin. Ada juga korban tidak hanya mengalami trauma sejenis, tetapi juga kompleks sehingga penolong pun diharuskan untuk mampu memberikan pertolongan sekaligus ataun sesuai prioritas yang mengancam nyawa.

Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah medis yang mengarah ke pembekuan darah miskin dan perdarahan terus-menerus. Dokter juga menyebut mereka istilah-istilah seperti koagulopati, perdarahan dan gangguan pembekuan darah.
Ketika seseorang memiliki kelainan pendarahan mereka memiliki kecenderungan untuk berdarah lagi. Kelainan dapat disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari kelainan dalam darah itu sendiri. Mungkin kelainan pada faktor pembekuan darah atau platelet.
Pembekuan darah, atau koagulasi, adalah proses yang mengendalikan perdarahan. Berubah darah dari cair ke padat. Ini adalah proses kompleks yang melibatkan sebanyak 20 protein plasma yang berbeda, atau faktor pembekuan darah. Biasanya, proses kimia yang kompleks terjadi menggunakan faktor pembekuan ini untuk membentuk suatu zat yang disebut fibrin yang berhenti berdarah. Ketika faktor-faktor koagulasi tertentu yang kurang atau hilang, proses ini tidak terjadi secara normal. Pendarahan Gangguan Pembekuan Ilustrasi 

Penyebab dan Cara Mengatasi Perdarahan
Penanganan cidera dinilai melalui tingkatan cedera berdasarkan adanya perdarahan lokal.
1.    Akut (0-24 jam)
Kejadian cedera antara saat kejadian sampai proses perdarahan berhenti, biasanya 24 jam, pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.
2.    Sub-akut (24-48 jam)
Masa akut telah berakhir, perdarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah lagi. Bila pertolongan tidak benar akan kembali ke tingkat akut, berdarah lagi.
3.    Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Pedarahan telah berhenti, kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut, penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baik masa ini dapat dipersingkat, pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus meminta pertolongan dokter.

Perdarahan pada umumnya
1.         Perdarahan bawah kuku
Pendarahan ini dapat terjadi apabila kuku terjepit pintu, terpukul martil dan sebagainya sehingga warna kuku menjadi merah dan terasa sakit. Apabila hal ini terjadi kompreslah kuku dengan es. Setelah itu, lubangi sedikit bagian kuku yang berdarah tadi untuk memungkinkan darah yang berada di bawah kuku keluar kemudian berikan saleb anti biotic pada lubang kuku tersebut.

2.      Perdarahan pada hidung (mimisan)
Epistaksis atau perdarahan hidung sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan hampir 90% dapat berhenti sendiri. Perdarahan ini terjadi mungkin karena:
a.              Seringkali tanpa sebab, sepontan terjadi mimisan.
b.             Benturan ringan misalnya ketika mengorek ingus terlalu kuat, bersin terlalu kuat, atau                        benturan kuat seperti terjatuh, terpukul dll.
c.              Infeksi: sinusitis, rhintis atau penyakit infeksi lain seperti sifilis, atau lepra.
d.             Neoplasma/tumor: kasinoma atau tumor ganas lainnya.
e.              Kelainan bawaan.
f.               Penyakit kardiovaskuler: tekanan darah tinggi dan kelainan pembuluh darah.
g.              Kelainan darah: hemofili, leukemia dan trombositopenia (keguguran trombosit).
h.              Infeksi sistemik: demam berdarah, demam tifoid, influensa, dan lain-lain.
i.                Perubahan tekanan atmosfer: peyakit akibat menyelam sehingga terjadi perbedaan tekanan yang tinggi dan mendadak sehingga sering terjadi mimisan.
j.                Gangguan endokren: menarche (haid pertama kali) atau menopause.

Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi perdarahan adalah:
a.              Untuk membantu korban maka dudukkan dia dengan kepala menunduk, hal ini untuk                         mencegah agar darah tidak terhisap paru-paru.
b.              Pencet hidung kanan kiri selama 10 menit.
c.              Selanjutnya masukkan segulungan kain kasa ke dalam hidung (druk). Kain kasa lebih baik                lagi di basahi dengan hidrogen peroksida. Untuk beberapa waktu (20-30 menit) mintalah                 korban untuk membuka mulutnya dan katakan padanya untuk sementara waktu tidak menelan            ludah.
d.             Bisa juga memasukkan gulungan daun sirih ke dalam lubang hidung yang berdarah. Karena            daun sirih mengandung minyak atsiri (kadinen, kavikol, sineol, eugenol, kariovilen, karvakrol,           tarpinen, seskuiterpen). Kandungan ini dapat membantu menyempitkan pembuluh darah.
e.              Selain itu, untuk sementara waktu korban tidak boleh mendengus atau membuang ingus.

3.              Perdarahan pada telinga
Terjadinya perdarahan pada telinga ini bisa jadi disebabkan oleh tusukan benda tajam, mungkin juga karena tulan kepala retak, atau dapat pula di akibatkan oleh adanya ledakan yang keras. Untuk membantu korban maka hal yang harus dilakukan adalah dengan mengirim dia segera ke rumah sakit. Jangan tetesi telinga korban dengan obat tetes telinga dan jangan berusaha membersihkan gumpalan darah pada lubang telinga.

4.              Perdarahan pada waktu hamil
Perdarahan pada ibu hamil merupakan hal yang perlu diwaspadai, karena dapat terjadi tiba-tiba bahkan kadang terjadi tanpa sebab ataupun tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan pertolongan pertama pada ibu, mengantisipasi keadaan yang lebih buruk akibat kehilangan cairan dan mencegah shock.
Perdarahan pada waktu hamil, secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu perdarahan pada kehamilan muda (di bawah 5 bulan) dan perdarahan pada kehamilan lanjut/tua (di atas 6 atau 7 bulan).
Perdarahan pada kehamilan muda diakibatkan oleh: keguguran (abortus), kehamilan di luar kandungan (kehamilan di luar rahim) dan kehamilan anggur (mola), yaitu kehamilan yang tidak berisi janin tetapi berisi gelembung-gelembung yang berwarna seperti anggur. Perdarahan pada kehamilan tua/lanjut disebabkan oleh lepasnya plasenta/ari-ari sebelum bayi lahir atau perdarahan pada plasenta dan karena jalan lahir tertutup plasenta.

a.              Perdarahan pada kehamilan muda
1)             Keguguran atau abortus
Tanda-tanda abortus adalah:
a)              Pengeluaran darah mulai hanya berupa bercak atau sedang hingga hebat (gumpalan darah)                  pada usia kehamilan di bawah 5 bulan.
b)             Terjadinya kram atau nyeri/ mulas pada perut bagian bawah.

Cara  penaganannya adalah dengan
a)              Bila perdarhan/bercak sedikit segera istirahat baring total di tempat tidur, dan tidak                            melakukan aktifitas apapun.
b)             Bantu semua keperluan makan-minum, mandi, dan lain-lain keperluan sehari-hari.
c)              Istirahat yang cukup dan beri support mental/psikologis.
d)             Bila perdarahan banyak segera periksa ke dokter kandungan atu rujuk ke rumah sakit.
2)             Kehamilan di luar kandungan
Tanda-tanda kehamilan di luar kandungan adalah:
a)              Nyeri perut bagian bawah yang sangat, bahkan hingga limbung/pingsan.
b)             Pengeluaran darah bercak hingga sedang.
c)              Penderita tampak pucat.
d)             Terdapat tanda-tanda shock.
Cara penanganannya adalah dengan:
Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan.
3)             Kehamilan anggur atau mola.
Tanda-tanda mola adalah:
a)              Pengeluaran darh berwarna coklat disertai jaringan yang bergelembung-gelembung seperti                 anggur.
b)             Mual dan muntah berlebihan.
c)              Kram atau nyeri/mulas pada perut bagian bawah.
d)             Perut tampak lebih besar dari usia kehamilannya.
Cara penanganannya adalah dengan:
Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan.

b.             Perdarahan pada kehamilan tua/lanjut
1)             Perdarahan karena lepasnya plasenta (ari-ari)
Tanda-tanda perdarahan karena lepasnya plasenta adalah:
a)              Keluar darah berwarna merah tua agak kehitaman pada umur kehamilan lebih dari 6 atau 7                 bulan.
b)             Biasanya terdapat faktor penyebab sebelumnya, misalnya jatuh, penyakit/infeksi, tekanan                  darah tinggi, dan sebagainya.
Cara penanganannya adalah dengan:
Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan.
2)             Perdarhan karena jalan lahir tertutup plasenta (ari-ari)
Tanda-tanda perdarhan karena jalan lahir tertutup plasenta adalah:
a)              Pengeluaran darah ringan  atau berupa bercak hingga banyak, berwarna merah segar pada kehamilan di atas 6-7 bulan.
b)             Perdarahan umumnya berhenti secara spontan.
c)              Tidak ada penyebab sebelumnya, kadang-kadang terjadi pada waktu bangun tidur.
Cara penanganannya adalah dengan:
Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan.

5.              Perdarahan pada rongga perut
Perdarahan pada rongga perut yang diakibatkan oleh luka terbuka mudah diketahui. Tetapi rongga perot dapat juga terjadi tanpa luka terbuka, misalnya yang di timbulkan oleh pukulan yang keras oleh benda tumpul ke arah perut. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, hal semacam ini tidak jarang di jumpai.
Bahaya perdarahan rongga perut selain infeksi (bila ada luka terbuka), juga shock dan kematian cepat menyusul.
Tanda-tanda perdarahan rongga perut tanpa luka terbuka ialah: penderita merasa kesakitan yang hebat pada di daerah perut. Dinding perut menegang (kadang-kadang sampai sekeras papan). Bila dipegan atau ditekan perutnya penderita akan merasa kesakitan. Mual dan muntah yang kadang-kadang berdarah merupakan salah satu tanda-tandanya. Kemudian akan cepat menjadi shock dan meninggal.Tindakan pertongan pertama:
a.              Bila ada luka terbuka:
Ø   Tutup lukanya dengan snelverband. Jika tidak ada snelverband, tutuplah dengan setumpuk tebal        kasa steril. Siramlah kasa seteril dengan cairan steril (aquadest steril atau larutan garam steril).
Ø   Apabila ada usus yang nampak keluar, jangan berusaha untuk memasukkannya kembali.
Ø   Balutlah luka tersebut dengan balutan yang menekan.
Ø   Jangan dfiberi minum atau makanan apa pun. Jika penderita merasa haus, cukup basahi bibirnya       dengan air.
Ø   Kirim segera ke rumah sakit.
b.              Tanpa luka terbuka (akibat pukulan atau ledakan):
Ø   Jangan diberi minum atau makan apa pun.
Ø   Balut perut dengan balutan menekan.
Ø   Kirim segera ke rumah sakit.

6.              Perdarahan di kepala
Kulit kepala mempunyai jaringa pembuluh darah yang sangat banyak jumlahnya. Sehingga luka yang dangkalpun banyak mengalirkan darah. Perdaran di kepala akan lebih berbahaya jika terjadi di atas telinga atau di belakang kepala. Tindakan pertolongan:
Ø   Perhatikan mungkin ada tulang kepala yang retak (perdarahan lewat te linga dan hidung)
Ø   Perhatikan pula tulang kepala yang pecah dan mungkin ada gangguan pada otak. Jika tidak ada tanda-tanda patah tulang kepala atau gangguan pada otak. Hentikanlah pendarahan dengan cara menekan langsung pada luka.
Ø   Luka ditutup dengan kasa steril dan diberi balutan menekan.
Jika tidak ada tanda-tanda patah tulang kepala atau gangguan pada otak: tekanan langsung pada luka akan lebih berbahaya. Yang harus dikerjakan ialah: Mencoba menghentikan perdarahan dengan menekan nadi yang mengalirkan darah ke kulit kepala. Cara melakukannya yaitu dengan cara menggunakan tiga jari tangan, nadi leher di tekan ke belakang. Ibu jari tangan yang menekan diletakkan di tengkuk. Jadi nadi ditekan ke arah ibu jari, jangan ke arah tenggorokan. Nadi yang di tekan adalah nadi yang terletak pada sisi yang sama dengan tempat perdarahan. Penekanan dilakukan lebih rendah dari jakun.
Kemudian tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan jika terjadi luka terbuka di kepala tanpa disertai patah tulang kepala adalah:
Ø   Gunting rambut sekitar luka.
Ø   Bersihkan luka dengan cairan steril.
Ø   Tutup luka dengan kasa steril lalu di balut
Ø   Bawa penderita ke dokter

7.              Perdarahan di selaput otak
Kecelakaan di kepala mungkin tidak mengakibatkan apa-apa di luarnya. Tetapi pembuluh darah selaput otak mungkin pecah. Dalam hal ini biasanya penderita tidak merasa apa-apa kecuali sedikit pusing setelah kecelakaan. Tetapi semakin lama darah yang mengumpul di rongga otak semakin banyak dan semakin menekan otak. Oleh sebab itu penderita akan merasa semakin pusing, muntah-muntah dan pingsan. Tindakan pertolongan pertama yang harus di lakukan adalah:
Ø   Setiap korban kecelakaan yang yang diduga mengalami benturan di kepala harus diperlakukan          sebagai penderita gegar otak.
Ø   Meskipun tetap sadar, penderita tetap harus berbaring dengan kepala dialasi bantal.
Ø   Setiap 15 atu 30 menit kesadaran penderita harus diperiksa. Jika perlu penderita harus                      dibangunkan jika tertidur. Kesadaran yang menghilang sementara ia tertidur akan lebih sulit              diketahui.
Ø   Apabila kesadaran menurun, atau kepala semakin pusing, atau muntah-muntah semakin banyak,        penderita harus segera di bawa ke rumah sakit dalam keadaan tetap berbaring.

8.              Perdarahan di mata
Kelilip yang tajam atau tusukan benda tajam dapat melukai mata.Tindakan pertolongan yang harus dilakukan:Penderita harus segera diusung ke rumah sakit dengan mata di balut  dengan menggunakan balutan (kasa) steril.

Perdarahan pembuluh nadi
Pembuluh nadi bertugas membawa darah segar dari jantung ke seluruh bagian tubuh. Kebanyakan pembuluh nadi ini tersimpan dalam di bawah jaringan tubuh, dan hanya beberapa saja yang dekat permukaan  ke kulit. Tanda-tanda pendarahan pembuluh nadi adalah: darah keluar menyembur sesuai dengan denyut jantung. Darah yang keluar berwarna merah segar.
Tindakan pertolongan harus segera diberikan karena penderita akan cepat kehilangan darah dan terjadi shock. Ada tiga cara penghentian perdarahan nadi:

1.              Tekanan di tempat perdarahan
Cara ini adalah yang terbaik untuk perdarahan nadi pada umumnya. Caranya adalah dengan menggunakan setumpuk kasa steril (kain bersih biasa), tempat perdarahan itu ditekan. Tekanan tersebut harus dipertahankan sampai terhenti atau sampai pertolongan yang lebih lanjut (pertolongan oleh tenaga medis) dapat di berikan. Penekanan ini dilakukan selama 15-20 menit atau sampai terfiksasi sehingga tidak ada lagi perdarahan.
Kasa boleh dilepas apabila kasa sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti dengan yang baru. Kemudian kasa tersebut di tutup dengan dengan balutan yang menekan, dan bawa penderita ke rumah sakit. Selama perjalanan, bagian yang mengalami perdarahan diangkat lebih tinggi dari letak jantung.

2.        Tekanan pada tempat-tempat tertentu
Tempat-tempat yang di tekan adalah hulu (pangkal) pembuluh nadi yang terbuka. Jadi tujuan dari penekanan ini adalah untuk menghentikan aliran darah yang menuju ke pembuluh nadi yang cidera.
Perhatikan gambar berikut, garis–garis panah menunjukkan arah aliran darah di dalam pembuluh nadi, tempat-tempat yang ditekan terletak diantara jantung dan tempat luka.
A: untuk pedarahan di daerah muka;
B: untuk perdarahan muka dan kepala;
C: untuk perdarahan di kaki;
D: untuk perdarahan di daerah bawah lutut;
E: untuk perdarahan di lengan;
F: untuk perdarahan di bawah siku;
G: untuk perdarahan di pundak dan sepanjang lengan;
H: untuk perdarahan kulit kepala dan kepala bagian atas.

Tekanan dengan torniket (torniquet)
Torniket adalah bulatan yang menjepit sehingga aliran darah di bawahnya terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang di lipat-lipat, atau sepotong ban dalam sepeda dapat digunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket harus cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak di balut. Tempat yang paling baik untuk memasang torniket ini adalah lima jari di bawah ketiak (untuk perdrahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki). Cara menggunakan torniket ini adalah:
Ø   Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih bagus lagi apabila sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa untuk mencegah timbulnya lecet pada kulit yang terkena torniket langsung.
Ø   Apabila menggunakan kain maka ikatkan dengan sebuah simpul hidup, kemudian selipkan sebatang kayu di atas simpul tersebut. Selanjutnya diikat lagi dengan simpul air untuk mengencangkan torniket, tetapi jangan diputar terlalu keras, karena dapat melukai jaringan-jaringan di bawahnya.
Ø   Tanda-tanda apabila torniket ini sudah dapat memperkecil denyut nadi bagian tubuh yang berada di bawah torniket, akan terlihat dari warna kulit di sekitar daerah tersebut menjadi kekuningan.
Ø   Untuk memudahkan pengusungan, perlihatkan torniket, jangan di tutup dengan selimut. Selain itu setiap 10 menit torniket harus dikendurkan selama 30 detik, untuk memberi kesempatan darah memberi makanan-makanan ke jaringan di bawah torniket tersebut. Sementara torniket kendor, luka dapat ditekan dengan kasa steril.
Ø   Penderita yang ditorniket harus segera dikirim ke rumah sakit, untuk memperoleh pertolongan selanjutnya.
.
Kesadaran merupakan keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls aferen dan eferen.
Gangguankesadaran, yaitu keadaan dimana tidak terdapat aksi dan reaksi, walaupun dirangsang secara kasar.
Tingkat kesadaran :
Ø  Kompos mentis : sadar sepenuhnya baik terhadap dirinya maupun lingkungan. Pada kompos mentis ini aksi dan reaksi bersifat adekuat yang tepat dan sesuai.
Ø  Apatis : keadaan pasien yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungan.
Ø  Delirium : penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang terganggu. Pasien tampak gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-meronta.
Ø   Somnolen (letargi, obtundasi, hipersomnia) : mengantuk yang masih dapat dipulihkan bila diberi ransangan tapi saat ransangan dihentikan, pasien tertidur lagi. Pada somnolen jumlah jam tidur meningkat dan reaksi psikologis lambat.
Ø  Soporous/stupor : keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan ransangan kuat tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberijawaban verbal yang baik. Pada soporous/stupor reflek kornea dan pupil baik, BAB dan BAK tidak terkontrol. Stupor disebabkan oleh disfungsi serebral organic difus.
Ø  Semi koma : penurunan kesadaran yang tidak member respon terhadap ransangan verbal dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tapi reflek kornea dan pupil masih baik.
Ø  Koma : penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap nyeri.
Ø  Derajat kesadaran yang paling rendah yaitu koma. Koma terbagi dalam :
Ø  Koma supratentorial diensephalik : merupakan semua proses supratentorial yang mengakibatkan destruksi dan kompresi pada substansia retikularis diensefalon yang menimbulkan koma.
Koma supratentorial diensephalik dapat dibagi dalam 3 golongan, yaitu :
Ø  Proses desak ruang yang meninggikan tekanan dalam ruang intracranial supratentorial secara akut.
Ø  Lesi yang menimbulkan sindrom ulkus.
Ø  Lesi supratentorial yang menimbulkan sindrom kompresi rostrokaudal terhadap batang otak.
Koma infratentorial diensefalik, disini terdapat 2 macam proses patologik yang menimbulkan koma :
Ø  Proses patologik dalam batang otak yang merusak substansia retikularis.
Ø  Proses diluar batang otak yang mendesak dan mengganggu fungsi substansia retikularis.
Koma infratentorial akan cepat timbul jika substansia retikularis mesensefalon mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi baik. Hal ini terjadi akibat perdarahan. Dimana perdarahan di batang otak sering merusak tegmentum pontis dari pada mesensefalon.
Koma bihemisferik difus : terjadi karena metabolism neural kedua belah hemsferium terganggu secara difus. Gejala yang ditimbulkannya yaitu dapat berupa hemiparesis, hemihiperestesia, kejang epileptic, afasia, disatria, dan ataksia, serta gangguan kualitas kesadaran.
Derajat kesadaran lainnya yaitu tidur. Tidur merupakan suatu derajat kesadaran yang berada dibawah keadaan awas-waspada dan merupakan fisiologik yang ditentukan oleh aktivitas bagian-bagian tertentu dari substansia retikularis. Tidur secara patologis yaitu keadaan tidur dan berbagai mecam keadaan yang menunjukkan daya bereaksi dibawah derajat awas-waspada, diantaranya letargi, mutismus akinetik, stupor, dan koma.
Gangguan tidur terdiri atas hipersomnia dan insomnia :
a. Hipersomnia (kebanyakan tidur) merupakan gejala keadaan patologik yang dibedakan dalam :
-          Hipersomnia karena proses patologik diotak, seperti ensefalitis dan tumor serebri.
-          Hipersomnia karena proses patologik sistemik, seperti hiperglikemia atau uremia.
b. Insomnia (tidak bisa tidur) merupakan gejala sekunder beberapa jenis psikoneurosis yang dapat timbul sebagai :
-          Insomnia primer, yaitu penderita tidur tapi tidak merasa tidur.
-         Insomnia sekunder akibat psikoneurosis yang umumnya punya banyak keluhan non organic, sakit kepala, perut kembung, badan pegal, dll.
-    Insomnia sekunder akibat penyakit organic, yaitu penderita tidak bisa tidur karena saat tertidur, ia diganggu oleh penderitaan organic. Misalnya seperti penderita diabetes mellitus yang sering terbangun karena sering kencing, atau penderita ulkus duodeni yang sering terbangun karena mules dan lapar pada tengah malam, atau penderita arthritis reumatika yang mudah terbangun oleh nyeri yang timbul pada setiap perubahan sikap badan.
Selain dari gangguan tidur diatas, ada juga gangguan tidur fungsional, yaitu diantaranya :
-          Somnambulisme, yaitu berjalan dalam keadaan tidur.
-       Sleep automatism, yaitu berjalan sambil melakukan suatu perbuatan yang bertujuan dalam keadaan tidur. Misalnya membereskan koper seperti orang yang ingin bepergian tapi dalam keadaan tidur.
-        Kekau, yaitu berbicara dalam keadaan tidur yang biasanya terkait dengan mimpi.
-     Kejang nokturnus atau mioklonus nokturnus, yaitu saat tidur, ia terbangun kembali karena anggota geraknya berkejang sejenak.
-      Paralisis nokturnus, yaitu perasaan lumpuh seluruh tubuh yang dialami sebagai kenyataan dan menghilang serentak saat mata dapat dibuka.